Sabtu, 05 Desember 2009

SANG PEMIMPI


SANG PEMIMPI


Sang Pemimpi tulisan Andrea Herata begitu inspiratif. Ini adalah cerita lanjutan dari novel Laskar Pelangi yang filmnya booming di bioskop-bioskop Indonesia. Novel ini menceritakan sosok ikal pada usia remaja yaitu pada saat sekolah di SMA Bukan Main.

Perjalanan mendaki ilmu di Sekolah Menengah mengisahakan banyak sekali pengalaman yang seru, mulai dari nilai persahabatan antara dirinya dengan Jimbron dan Arai. Meraka bertiga harus bekerja saat SMA agar bisa melanjutkan sekolahnya. Mereka bertemu sama seorang guru sastra yang memberikan wawasan bahwa kita manusia harus mempunyai mimpi. Ini lah menjadi titik kunci cita-cita ikal sehingga bias sekolah Perancis…Benar mimpi memang memiliki hubungan linear dengan semangat untuk mewujudkan cita-cita. Hanya itu bekal kita.

Arai tak luput menjadi bahan cerita dalam novel tersebut, nasipnya yang sebatang kara karena ditinggal seluruh keluarganya, menorehkan jiwa sosial pemeran utama yaitu ikal yang begitu tampak dalam goresan yang penuh hiperbola tapi epik.

Ikal, Arai dan Jimbron pernah mengalami masa kenakalan pada saat remajanya. Seperti halnya pelajar-pelajar SMA yang lain. Malam Minggu disibukkan dengan memutar akal agar bias melihat film syur di bioskop tapi malangnya di ketahui oleh gurunya yang waktu itu sedang patroli malam untuk ketertiban siswa siswinya. Tak lupt besuknya mendapatkan hukuman bertubi-tubi dari gurunya itu karena gurunya beranggapan film itu tak layak di tonton oleh pelajar melayu yang memilki banyak mimpi…

Dalam pergolakan jiwanya untuk menjadi dewasa, diceritan ikal sampai sempat berpikir realistis. Realitisnya seperti apa? “Buat apa berfikir sulit-sulit memecahkan algoritma kalo pada akhirnya hanya akan menjadi kuli pengangkut ikan” setting dalam cerita tersebut adalah ikal tumbuh pada lingkungan masyarakat balitong yang masih kolot, pendidikan belum seluas sekarang. Penduduk disana bermata pencaharian sebagai kuli tambang timah. Disana begitu banyak sumber daya alam timah tapi daerahnya tidak pernah makmur. Pikiran realistis yang akhirnya membuat dirinya semakin terpuruk, tidak bisa masuk garda depan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar